NDAK ada ayam yang sempurna.
Sebuah proposisi afirmatif tidak bersyarat. Setidaknya itu berlaku normatif. Yang namanya “kesempurnaan” itu tidak bergantung pada kondisi tertentu. Ndak nunggu ente abis keramas dulu baru sempurna.
Merasa ganteng dalam kondisi setara juga, menurut saya, adalah perasaan yang menyesatkan. Misalnya, ba’da azan Isya tiba-tiba mati lampu. Sekampung jadi gelap gulita. Di situ hukum “siapa yang lebih ganteng” tidak berlaku. Kenapa? Karena di dalam gelap semuanya setara. Sama-sama ndak keliatan.
Terserah ente-lah kalo ente ndak terima. Kalaupun ente keukeuh ngaca gelap-gelapan terus merasa seganteng Ariel, sah-sah saja. Sama sahnya kalo belencek (cicak) di situ nyengir sambil bergumam: ebeg*
*Ebeg : n. konsekuensi logis dari kondisi split-personality di mana terjadi ketidaksesuaian antara kemampuan intelegensia dengan fakta situasional. Bahasa sederhananya: bego.
Kesempurnaan itu ibarat bemo di Mataram. Ente tungguin sampe bengkok pun ndak bakalan lewat. Kalaupun ente liat boil kuning-kuning, itu pasti dari kantor pos. Coba aja nekad numpang, ditimbang per kilo ente!
****
SUDAH setengah jam saya belingsatan di tempat tidur. Isi kepala bejubel kayak arus balik lebaran di Terminal Sweta. Saya harus ketemu alasan yang tepat. Dan, itu yang susah!
Masalahnya, memang, bukan cuma soal puluhan ayam Arab saya yang mati dalam dua minggu terakhir. Lebih dari itu, ini juga soal bagaimana menyampaikan perihal gagal panen itu ke istri yang lagi mudik lebaran di Bima, rumah mertua. Maklum, sejak mulai ternak ayam, jatah duit bulanan buat istri harus berkurang lebih dari separuh.
Istri saya itu orangnya perfeksionis. Segala sesuatunya, bagi dia, harus sempurna. Dia ndak cuma cantik (ehm!) tapi juga disiplin, telaten, dan penuh rencana. Gagal merencanakan, kata dia, sama artinya sedang merencanakan gagal. Ndak tau kata-kata itu boleh ngutip dari mana.
Itu yang ngeri. Istri saya kalo udah ngomong, apalagi merasa benar, susah diberentiin. Jalan tol udah kayak punya dia sendiri. Coba ente cari rekaman Real Madrid di Youtube yang komentatornya pake bahasa Arab, nah, begitu sudah. Dia juga ndak pernah kehabisan isu, bahkan isu lama yang udah basi pun bisa didaur ulang jadi up-to-date lagi.
SEBENARNYA, dia baru “agak rame” kalo lagi ndak enak hati. Makanya saya sering simpan masalah sendiri. Bukan niat nutup-nutupi apalagi maen rahasia-rahasiaan. Cuma, ya, itu tadi. Saya lebih memilih untuk jaga perasaan dia. Namanya juga centong (bentuk lain dari ‘cintrong’), hehe…
****
“Papa yg sabar ya. Namax jg usaha, skli2 rugi kan wajar.”
“Jadi, Mama ndak marah?”
“Papa kan ga slh… Yg pnting jgn putus asa. Sll alhamdulillah.”
Saya nyaris jingkrak-jingkrak kegirangan. Itu pesan BBM dari istri saya. Ndak nyangka dia bakal ngomong begitu. Tentu saja yang saya tulis itu cuma sebagian dari apa yang dia bilang. Selebihnya dia mengingatkan untuk selalu bersyukur dalam kondisi apapun.
Ya, Alhamdulillah. Kalimat (bukan ‘kata’) ini, meskipun saya ndak ngerti bahasa Arab, pastilah bukan merujuk pada keputus-asaan, atau paling endak, kepasrahan. Semua orang Islam pasti tau arti harfiahnya. Tapi, yang saya rasakan saat ini, belum berhenti sampai di situ.
Alhamdulillah adalah kalimat simbolik yang menyadarkan bahwa kesempurnaan, sebagai kata benda, tidak pernah ada. “Kesempurnaan” berada jauh dari bumi. Barangkali kata itu hadir di tengah-tengah kita, sebagai sekelumit gambaran tentang harapan, juga keyakinan manusia, tentang kehidupan yang jauh lebih baik: akhirat.
Alhamdulillah adalah sabar yang aktif, bukan pasif. Terminalnya bukan “kesempurnaan” sebagai kata benda melainkan “menyempurnakan” sebagai kata kerja. “Menyempurnakan” memiliki daya dobrak. Ia senantiasa bergerak. Dalam kesadaran tentang keterbatasan diri, sekaligus tunduk pada kehendak adikodrati.
Karena itu, Alhamdulillah yang “menyempurnakan” ini menjadi sistem mekanis yang berbunga-bunga.
“Pa, jgn lupa kirim uang. Buat ongkos plg.”
BBM saya bunyi lagi.
“Iya, diusahain dl ya.”
“Pokoknya cepat!”
Dan, istri tetaplah istri. Dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Alhamdulillah, ya, hehe…